12. Filsafat (Panpsikisme)

Pendahuluan

Edisi Bacaan Bumi ini meloncat indah ke dalam kolam yang dalam. Kepada mereka yang ragu lepas papan – air ini memang penuh misteri – ketiga penulisnya mengajak: lompatlah! Sejuk!

Memang istilah panpsikisme terdengar aneh. Ini buktinya Bacaan Bumi tak segan bertanya-tanya, sebab yang sudah kita ketahui serasa tak lagi memadai. Ternyata, yang bunyinya eksotis tidak asing di Nusantara. Menurut dua filsuf UGM, Rangga Kala Mahaswa dan Albertus Arioseto Bagas Pangestu, 'panpsikisme tak serta merta melulu mewakili garis pemikiran Eropa-Amerika'. Mereka menelaah pemikiran dua figur istimewa: Siti Jenar dan Hamzah al-Fansuri. 'Hanya melalui penggalian narasi semacam ini,' kata mereka, 'puing-puing argumentasi kefilsafatan di Nusantara dapat unjuk gigi dalam polemik global.' Alih-alih hanya sekadar ingin tahu, mereka yakin bahwa, melalui cerita pemikir Nusantara ini, 'kesadaran ekologis dapat dipahami sebagai kesadaran laku spiritual.'

Lalu Gerry van Klinken mengupas dasar-dasar panpsikisme lewat buku pengantar karangan David Skrbina. Panpsikisme adalah paham bahwa 'segala sesuatu memiliki budi atau memiliki ciri yang mirip dengan budi.' Berawal dengan kenangan pribadi sebagai fisikawan (dulu!), Van Klinken mengaku keheranannya sendiri ketika argumentasi filsuf panpsikis ternyata sangat masuk akal.

Simaklah Bacaan Bumi edisi ini! Kirimlah tanggapan ke editor@insideindonesia.org.

Gerry van Klinken (Editor, Bacaan Bumi)

Bacaan Bumi: Pemikiran Ekologis