Nov 30, 2023 Last Updated 8:29 PM, Nov 27, 2023

Budaya populer queer

Published: Jan 26, 2020
English version

Teguh Wijaya Mulya

Budaya populer Korea dan Jepang - yang akhir-akhir ini makin digemari di Indonesia - telah membuka ruang baru bagi remaja untuk belajar keragaman ekspresi gender. Para fans Indonesia tidak hanya mengikuti kehidupan idola Korea lewat media sosial, membaca komik bromance Jepang, atau berdandan ala karakter kesukaan (dikenal dengan cosplay), namun juga membangun komunitas, menulis cerita fiksi, serta bermain peran dengan cara membuat akun Twitter palsu idolanya lalu menjalin relasi sesama (fans). Ekspresi maskulinitas yang lembut dan ramah - seperti ditampilkan para idola Korea - telah menjadi standar baru kelelakian bagi para fans ini. Komik bromance dan cosplay jenis kelamin berbeda (crossplay) juga begitu populer dan relatif tidak dipermasalahkan di kalangan fans. Namun, patriarki dan heteronormativitas tidak menyerah begitu saja. Dengan cepat hal-hal baru ini dikotakkan kembali ke ranah fantasi dan hiburan semata; menjadi tidak berlaku jika diterapkan di dunia nyata. Seperti dituturkan beberapa fans, misalnya, penggemar bromance tetap saja banyak yang homofobik di kehidupan sehari-hari. Bagaimana pun juga, budaya populer tetap adalah peluang bagi ruang resistensi yang menjanjikan, terutama seiring makin tipisnya batasan antara dunia maya dan nyata.

Teguh Wijaya Mulya adalah dosen di Indonesia. Dia mengucapkan terima kasih kepada para fans yang amat antusias berbagi cerita-cerita mereka dalam proses penulisan artikel ini.

Inside Indonesia 139: Jan-Mar 2020

Latest Articles

Feminists and LGBT

Nov 24, 2023 - JULIA SURYAKUSUMA

Can they work together? Religious objections make it hard

Concerts for cash

Oct 27, 2023 - MICHAEL H. B. RADITYA

Indonesia has a plan to boost the economy through large-scale arts, cultural and sporting events, but are they ready?

Healing the nation? Part 2

Sep 13, 2023 - SASKIA E. WIERINGA

Recent attempts to address the Indonesian genocide after 1 October 1966

Healing the nation? Part 1

Sep 13, 2023 - SASKIA E. WIERINGA

Recent attempts to address the Indonesian genocide after 1 October 1966

Lontar Modern Indonesia

Lontar-Logo-Ok

 

A selection of stories from the Indonesian classics and modern writers, periodically published free for Inside Indonesia readers, courtesy of Lontar

Subscribe to Inside Indonesia

Receive Inside Indonesia's latest articles and quarterly editions in your inbox.